Gadis Pantai. Tulisan Pramoedya Ananta Toer.
Kisah kehidupan priyayi.
Ketika pemerintahan Belanda di Indonesia, secara sosialnya, masyarakat tempatan Jawa dibahagikan kepada 2 kelompok. Wong gedhe dan wong cilik. Wong gedhe (orang besar) terdiri daripada priyayi iaitu bangsawan yang memerintah. Mereka golongan terpelajar dan menikmati pelbagai hak istimewa. Wong cilik (orang kecil) pula sebaliknya. Mereka hidup di desa dan hidup sebagai pedagang, petani dan buruh kasar.
Zaman kolonialisme Belanda di Indonesia - potret kehidupan masyarakat Jawa - feudalisme - Bendoro kahwini wong cilik (seorang gadis; anak nelayan) - sistem patriark - isu gender - penindasan
"Sahaya ini orang kecil, orang kebanyakan, orang lata, orang rendah, kalaupun jatuh---ya sakit memang, tapi tak seberapa. Bagi orang atasan ingat-ingatlah itu, Mas Nganten. Tambah tinggi tempatnya, tambah sakit jatuhnya. Tambah tinggi, tambah mematikan jatuhnya. Orang rendahan ini, setiap hari boleh jatuh seribu kali, tapi ia selalu berdiri lagi. Dia ditakdirkan untuk sekian kali berdiri setiap hari.”
“Sahaya pernah dengar orang bilang, Bendoro, orang bawahan selalu lapar, karena itu matanya melihat segala-galanya, kupingnya dengar segala-galanya dan hatinya seakan segala-galanya, sedang jantungnya deburkan darah buat segala-galanya."
”Tuhan ciptakan bumi dan langit, alam dan dunia dalam kesempurnaannya. Ada siang ada malam. Ada malaikat ada setan dan iblis. Ada tinggi dan rendah. Kalau semua miskin, semua kaya, lantas bagaimana zakat, bagaimana fitrah, mana hamba dan mana Bendoro? Kiamat. Ya ya mungkin itu tanda-tanda kiamat, Mas Nganten.”